Hati adalah anugerah Tuhan yang hanya diberikan kepada manusia. Hati yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qalb merupakan titik tolak dari apa yang akan, sedang dan telah kita kerjakan. Hatilah yang membuat seseorang itu baik atau buruk di haribaan-Nya. Hanya Dia-lah yang mengetahui isi hati seseorang. Hati juga adalah sesuatu yang fluktuatif. Hati bisa menjadi bening dan suci manakala kita beristiqamah dalam melakukan sesuatu yang baik ('amal shâlih). Hati juga bisa menjadi kelam dan hitam ketika kita terus menerus menodainya dengan berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.
Sebagian ulama mengibaratkan hati sebagai cermin. Cermin bagi cahaya Tuhan. Tuhan adalah cahaya langit dan bumi, dan Dia memberikan cahaya-Nya kepada yang Dia kehendaki (24:35). Ketika cermin itu mengkilap maka ia akan memantulkan cahaya keilahian. Namun apabila cermin itu suram dan penuh dengan noda, maka bagaimana mungkin cahaya bisa terpantul darinya. Jika hati dilimpahi cahaya Tuhan, maka ia akan dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Mata hatilah yang bisa melihat Tuhan atau musyâhadah (6:102). Imam 'Ali ra pernah berkata : "Kulihat Tuhanku dengan mata hatiku, dan akupun berkata :"Tidak ragu lagi bahwa Engkau itu adalah Tuhan". Disinilah letak ma'rifah.
Dalam mencapai sebuah pengetahuan yang hakiki (gnosis) atau ma'rifah ini diperlukan adanya sebuah ketaatan murni (39:3). Ketaatan ini bersumber dari ketauhidan dan rasa cinta kepada-Nya. Bukan lagi karena mengharap terpenuhi kebutuhannya, tapi semata-mata untuk membahagiakan sang Kekasih dan mendekati-Nya. Rasa cinta ini dilandasi dengan keimanan dan tauhid yang murni terbebas dari segala kekufuran dan kemusyrikan. Dalam hal ini, hatilah yang berperan sebagai pengontrol ketauhidan. Hatilah yang bisa membuat seseorang itu disebut mukmin, musyrik atau pun kafir.
Kemurnian hati atau ikhlas adalah sebuah konsekuensi dari salah satu trilogi agama yaitu ihsan. Rasulullah saw mendeskripsikan ihsan dengan beribadah kepada-Nya seolah-olah kita melihat-Nya, karena walaupun kita tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya Dia melihat kita. Ihsan inilah yang sangat menentukan posisi seseorang di sisi-Nya. Karena dalam ihsan-lah, Tuhan dapat memilih dan menentukan kekasih-Nya. Dan semuanya ini bersumber dari kemurnian hati. Kemurnian hati seseorang dapat menembus hijab antara dia dengan Tuhan-Nya.
Dalam perjalanannya hati seseorang akan selalu digerogoti berbagai penyakit. Penyakit inilah yang bisa mengotori kebersihan dan kemurnian hati seseorang. Takabur atau sombong adalah penyakit yang paling sering menyerang hati kita. Ketika kita sombong maka sebenarnya kita sudah merasa menjadi Tuhan. Oleh karena itu kita tidak berhak mengklaim bahwa segala keunggulan kita adalah milik kita sendiri. Semuanya adalah atas dan kehendak-Nya. Sebesar-besarnya kuasa kita adalah berkat kuasa-Nya. Jangan pernah kita menganggap semua yang ada pada kita adalah milik kita dan kita berhak mengatur segalanya tanpa sebuah perhitungan. Ini adalah suatu kesombongan.
Kesombongan inilah yang mempertebal hijab kita dengan-Nya. Kesombongan ini pula yang mengharamkan kita menginjakkan kaki di surga-Nya. Dengan kesombongan, kita akan merasa lebih dari orang lain. Pada akhirnya, ketika ada orang lain yang lebih unggul dari kita, niscaya rasa dengki akan hinggap di hati kita. Setelah itu kita ingin menghancurkan dan melenyapkan orang itu. (Al-'iyâdzu billâh). Jika saja setiap orang sudah mempunyai hati yang penuh kesombongan dan kedengkian, maka kedamaian dan ketenangan tidak akan pernah tercipta. Padahal agama kita membawa kedamaian dan rahmatan lil-'âlamîn. Pangkal dari segala penyakit hati itu adalah kesombongan.
Pada akhirnya, kita harus senantiasa memerangi rasa sombong tersebut supaya hati kita menjadi bersih dan suci murni. Kita isi hati kita dengan limpahan cahaya-Nya (yang oleh Ibnu 'Abbâs ditafsirkan sebagai Alqurân). Kita murnikan hati kita dalam setiap berbuat baik tanpa dikotori dengan riya dan sum'ah demi menuju ridha-Nya. Selain itu, kita juga senantiasa berharap akan rahmat dan hidayah-Nya agar selalu menuntun kita tetap di jalan-Nya. Setelah hati kita murni semata-mata karena dan untuk-Nya, niscaya kita akan menggapai kebahagiaan eksoteris dan esoteris baik di dunia dan di akhirat serta pengetahuan yang hakiki dari-Nya. Sebuah harapan yang bukan hanya untuk diharap. Insya Allâh
jika diri terasa hendak marah, di peringatkan supaya cepat-cepatlah kita mengambil wudhu. mudah-mudahan dengan wudhu tersebut dapat meredakan api kemarahan kita.
Maksud firman Allah: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, mata dan hati, agar kamu bersyukur.(An-Nahl:78)
Maksud firman Allah: Dan janganlah kamu ikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawapnya.(Al-Israa':36)
Maksud firman Allah: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Al-A'raaf:179)
jika diri terasa hendak marah, di peringatkan supaya cepat-cepatlah kita mengambil wudhu. mudah-mudahan dengan wudhu tersebut dapat meredakan api kemarahan kita.
SESUNGGUHNYA KAMI TELAH KEMUKAKAN TANGGUNGJAWAB AMANAH (KAMI) KEPADA LANGIT DAN BUMI SERTA GUNUNG-GANANG (UNTUK MEMIKULNYA), MAKA MEREKA ENGGAN MEMIKULNYA DAN BIMBANG TIDAK DAPAT MENYEMPURNAKANNYA, DAN MANUSIA SANGGUP MEMIKULNYA ."