Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: ASPEK-ASPEK IMAN 2 ///


Senior

Status: Offline
Posts: 223
Date:
ASPEK-ASPEK IMAN 2 ///


Syukur

Kemudian setelah itu ia ridha terhadap Allah, betapa pun dicegahya atau diberi Nya, yg terjelma dengan sifat syukur:

"Dan barang siapa yg bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) untuk dirinya sendiri"...

Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yg bersyukur"

Syukur termasuk buah dari pada iman. Apabila seorang hamba Allah berbuat baik terhadap anda, lalu tidak anda syukuri, berarti anda... tidak menghargainya, sedangkan ia hanya sebagai perantara, yg berbuat baik pada hakikatnya ialah Allah, maka bagaimanakah anda tidak bersyukur kepadaNya, sedangkan Allah lah yg memberimu nikmat yg beraneka ragam, nikmat pendengaran dan penglihatan, kesehatan dan keamanan, ditundukkan Nya untukmu apa yg ada dibumi dan diberi Nya anda nikmat-nikmat yg tidak dapat dihitung.

Memang sesungguhnya manusia tidak tahu nilai nikmat kecuali bila tidak dimilikinya. Bila giginya mendenyut, ia merasakan bahwa nikmat yg terbesar ialah hilangnya rasa sakit, akan tetapi bila denyutnya telah hilang, iapun melupakan nikmat tadi. Bila ia pada suatu hari berkeinginan sekali dengan "dinar”. dan tidak didapatkannya, baru ia mengetahui nikmatnya kaya, akan tetapi bila ia tidak memerlukan lagi, ia lupa.

Jika arus letrik terputus, rumah pun gelap gulita, baru ia tahu nikmat cahaya, akan tetapi bila ia telah mendapatkannya. ia tidak lagi menyadari nikmatnya (nilainya).

Jika anda tidak mampu menghitung nikmat Allah yg diberikan Nya kepadamu, apakah anda tidak bersyukur kepadaNya.

Bersyukur kepada Allah dengan lisan adalah dengan memuji Nya, dengan sebutan Alhamdulillah... lakal hamdu (Rabbi lakal hamdu). Bersyukur kepada Allah dengan amal anda, bila anda memelihara nikmat-nikmat ini dari yg diharamkan Nya.

Syukur nya orang kaya dengan memberi kepada sifakir, syukurnya orang kuat bila menolong orang yg lemah, syukurnya seorang penguasa / raja adalah dengan menegakkan yg hak, berlaku adil.

Bila anda termasuk orang yg mempunyai kelapangan, hidangan anda sampai lima macam, sedangkan jiranmu sedang kelaparan, lalu anda tidak memberinya apapun, anda tidak tergolong orang yg bersyukur, walaupun anda ucapkan dengan lidah seribu kali Alhamdulillah. Mensyukuri Allah dengan hatimu adalah dengan ridha kepada Nya, menerima segala pembagian Nya untukmu, tidak benci dan tidak menghasad orang yg diberi Allah nikmat kepadanya.

Jadi barang siapa yg menghimpunkan antara syukur dengan hati iaitu dengan ridha kepada Allah, dan mensyukuri perbuatan iaitu dengan menafkahkan sebahagian dari kelebihan-kelebihan nikmat, dan syukur lisan iaitu dengan banyak memuji-muji Allah, maka ia termasuk golongan orang yg benar-benar bersyukur.

Sabar

Seorang muslim berada diantara dua nikmat. Bila mendapat kebajikan, maka ia bersyukur, ia memperoleh pahala, dan jika ditimpa mudharat, lalu ia bersabar, ia juga mendapat pahala. Jadi tidak dapat mengimbangi pahala orang kaya yg bersyukur, atau tidak ada yg melebihinya, melainkan pahala orang fakir yg bersabar:

"Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yg sabar dengan pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan"».

Kehidupan dunia ini bukanlah tempat bersenang-senang, dan tidak bersih dari kotoran-kotoran, dari perubahan kesehatan, atau hilangnya harta, perginya orang yg dikasihi dan teman akrab, atau terancamnya keamanan, tabiatnya seperti ini tidak akan berubah.

Firman Allah:

"Dan pasti akan Kami berikan cobaan padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kurang harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yg sabar"

Kerana mereka berhari-hari melupakan musibah, dan mereka mendapatkan pahala, sedang yg lain menderita kesakitan tapi tidak mendapat apa-apa.

Kesulitan dan bencana adalah hal yg mesti, mungkin anda menghadapinya dengan kesabaran dan ketabahan lalu anda mendapatkan pahala atau anda memberontak terhadapnya sehingga semakin bertambah kesusahan tadi, sedangkan anda tidak berdaya menolaknya dengan apa yg ada pada diri anda. Inilah satu macam dari kesabaran yakni sabar terhadap musibah.

Kedua ialah sabar terhadap maksiat. Seorang pemuda yg sabar (menahan diri) ketika melihat aurat-aurat yg terbuka, sedangkan nafsunya bergejolak, lalu ia menjaga pandangannya kerana takut kepada Allah dan ia tahu bahwa itu adalah kelezatan yg diharamkan kemudian ditahannya dirinya padahal keinginan nafsunya besar sekali.

Seorang kerani sabar ketika ditawari uang sogokan yg sama besarnya dengan gajinya enam bulan, lalu ia menahan tangannya dari menerima walaupun ia sangat memerlukannya.

Seorang murid sabar dalam ujian ketika ia mampu mencuri jawaban dari buku tetapi tidak dilakukannya. Walaupun hal itu tergantung dengan keberhasilannya.

Maksiat itu terasa lazat menurut nafsu. Maka jika ia ditahan padahal mungkin dilakukan, berarti ia termasuk orang-orang yg bersabar.

Yg ketiga iaitu sabar dalam ketaatan, bangun solat subuh, meninggalkan enaknya tidur dan empuknya tempat tidur dipagi yg sejuk. Sabar manahan lapar dan dahaga dibulan puasa dipanas terik. Sabar menahan nafsu cinta harta, sabar mengeluarkan zakat, dan memberi sadaqah.

Sabar untuk berpegang teguh kepada agama ditengah-tengah kehancuran zaman, dimana agama kembali asing sebagaimana semula datang.

Orang yg memegangnya sama seperti orang yg memegang bara api. Orang-orang beragama terus menjadi gunjingan / ejekan orang lain, mendapat siksaan pemerintah, kurangnya gaji dan dikeluarkan / diusir dari negerinya. Jadi barang siapa yg tahan memikul derita-derita ini, kerana Allah semata-mata, untuk mencari pahala termasuklah ia dalam Firman Allah:

"Mereka yg bersabar, dan kepada Tuhan mereka bertawakkal..."

"Mereka yg diberikan pahla dua kali lipat dengan sebab kesabaran mereka..."

Sifat-sifat yg baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yg mempunyai keberuntungan yg besar"

Tunduk Kepada Hukum Syarak

Telah kita katakan bahwa iman adalah satu kerja dari pada kerja-kerja hati, salah satu rahasia yg tidak diketahui siapa pun kecuali Allah, manusia hanya melihat yg nampak. Oleh kerana itu kita dapat membedakan seorang mukmin dengan yg tidak mukminin dengan perkataan dan perbuatannya.

Islam adalah bukti keimanan, Islam menurut bahasaa, adalah penyerahan:

dan mempunyai arti yg sama, seorang anak menyerahi kepada ayahnya kerana percaya kepadanya, seorang yg mencintai menyerah kepada yg dicintainya kerana kecenderungannya, orang yg kalah menyerah kepada orang yg mengalahkannya kerana takut.

Adapun seorang mukmin, menyerah kepada hukum Tuhannya secara mutlak, mematuhi semua perintah Nya, walaupun tidak mengetahui apa hikmahnya dan menfaatnya, dan meninggalkan semua apa yg dilarang Nya, sekalipun belum mendapatkan rahasia larangan itu.

Penyerahan seperti ini mempunyai dua segi:

Pertama, segi amaliyah (kongkrit), iaitu mematuhi dengan perkataan dan perbuatan, akan dibicarakan nanti — Insya Allah — dalam bab khusus tentang Islam pada buku ini.

Kedua, segi nafsiyah (abstrak), itulah yg sedang kita bahas tentang iman.

Segi ini ialah keridhaan hati terhadap hukum syara', ketenangan jiwa kepadanya, agar kita laksanakan yg wajib atau tinggalkan yg haram dengan senang hati, tidak ada bisikan-bisikan dalam hati atau rasa tidak senang. Firman Allah:

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yg mereka perselisihkan"

Segi Yg berikut ini merupakan segi amali.

"Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yg kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya'

Berikut ini merupakan segi yg abstrak, jadi tidaklah cukup dengan semata-mata berhukum kepada Rasul, bila didalam hati kita tidak ada satu i'tikad akan kebenaran hukum ini, ridha terhadapnya dan tenteram jiwa.

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka di panggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan "kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yg beruntung"».

Sebahagian orang ada yg sentiasa bertanya tentang hikmah syara' pada setiap amar dan nahinya. Seolah-olah mereka tidak taat melainkan bila mengetahui apa hikmahnya, sedangkan syara' pasti mempunyai hikmah, tanpa diragukan, akan tetapi terkadang nampak oleh kita, dengan melalui nash atau istimbath, terkadang tersembunyi dari kita, apakah kita durhaka kepada Tuhan kita, apabila hikmah syara' Nya tidak zahir bagi kita.

Coba bayangkan, bila anda setiap kali menyuruh anak anda terhadap sesuatu, tidak mau melakukan, sampai nyata baginya apa yg anda maksudkan dan hikmahnya. Kalau keadaannya tidak mengizinkan untuk diterangkan dengan jelas, ataupun rahasia yg tidak boleh diberi tahukan, apakah anak ini tidak dianggap durhaka kepada anda? atau tidak anda tunggu dia mentaati anda di setiap hal atau keadaan, kerana dia anak anda dan anda ayahnya? Sekiranya seorang officer menerima perintah atasannya, kemudian menolak melaksanakanmya sehingga dijelaskan kepadanya planning dan tujuam dari pada perintah itu, bukankah ia berhak dihukum?

Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba Nya tidak lah dapat dikiaskan dengan hak ayah terhadap anaknya, dan begitu juga hak komandan terhadap perajuritnya. Adalah hak Allah untuk kita taati diwaktu senang dan susah, baik sesuai ataupun bertentangan dengan keinginan kita, bukan kita menunggu-nunggu dalil, berlebih-lebih dalam berfikir, agar mendapatkan satu pendapat dalam fiqh yg sesuai dengan keinginan kita.

Dan tidak pula kita jadikan peradaban asing (barat) dan tradisinya yg kita ambil menjadi alasan untuk menolak syara', sehingga kita menta'wilkan ta'wil nash yg tidak seharusnya dita'wil dan menyimpangi dari jalan yg lurus dengan mencari-cari alasan agar kita dapat mengatakan bahwa agama kita tidak bertentangan dengan adat istiadat itu, kemudian bilamana tradisi masyarakat telah berubah atau sumber peradaban asing beralih dari barat ketimur, kita pun turut merubah haluan pembahasan kita, dan membuat ta'wil yg baru lagi.

Tidak, sekali-kali tidak begitu. Berhukum hanyalah kepada syara', mengamalkan hukumnya dengan ridha dan tenteram jiwa.

Inilah sikap mukmin yg percaya dengan hak akan' kebenaran agama ini.

Keras dan lemah lembut

Diantara aspek-aspek iman dan dalil-dalilnya, ialah cinta kerana Allah dan benci kerana Allah.

Kita menyukai orang taat dan taqwa walaupun kita tidak mendapat manfaat dari padanya, dan kita membenci kafir walaupun tidak membuat mudharat bagi kita. Bahkan kita benar-benar membenci nya sekalipun ia berguna bagi kita, sekalipun dihubungkan dengan ikatan yg paling erat. Hal ini kerana saudara seagama bagi orang beriman lebih kuat dari pada saudara sedarah, hubungan aqidah lebih kuat dan lebih erat dari pada hubungan keturunan.

Allah telah menerangkan kepada Nabi Nuh bahwa anaknya yg kafir bukanlah keluarganya (ahlinya), kerana pekerjaanya yg tidak shaleh, dan Allah menafikan kasih sayang diantara kaum mukminin dengan orang-orang yg memusuhi dan memerangi agama Allah, dan menafikan kerukunan hidup, betapapun kuatnya hubungan antara kedua belah pihak.
Firman Allah:

"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yg beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling her kasih sayang dengan orang-orang yg menentang Allah dan Rasul Nya.

Tidak ada unsur paksaan kepada mereka agar memeluk agama Islam, akan tetapi mencegah mereka dari menghambat jalannya. Bila mereka merasa tenteram dengan dakwah kita dan masuk kedalam agama kita, mereka adalah sebahagian dari kita, mempunyai hak dan kewajiban yg sama dengan kita.

Jika mereka damai dengan dakwah kita, kita damai dengan mereka dan kita pelihara hak-hak mereka, walaupun mereka tetap dalam agamanya.

Jadi seorang mukmin mencintai, adalah cinta kerana agama, dan membenci kerana agama, apa bila mencintai nampak terlihat kemulian jiwa dan lembutnya hati, toleransi dan kasih sayang, mendahulukan untuk saudaranya dari pada dirinya terhadap sesuatu walau pun ia juga memerlukannya. Dan apabila membenci, lahir dari padanya kebencian kerana Allah, keras demi mempertahankan agamanya, gigih memerangi musuh-musuh Nya, jadi kita menghimpunkan antara lemah lembut dan sikap keras, antara lunak dan kasar.

Lemah lembut dan lunak terhadap saudaranya seiman, keras dan kasar terhadap musuh-musuh agamanya, pembela syaitan-syaitan.

Firman Allah:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang) orang yg bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi bsrkasih sayang sesama mereka...”

"Yang bersikap lemah lembut terhadap orang yg mukmin, yg bersikap keras terhadap orang kafir, yg berjihad dijalan Allah, dan yg tidak takut kepada celaan orang yg suka mencela"

Disamping perintah jihad ini, namun mereka tidak melupakan Firman Allah:

"Tidak lah Allah melarang kamu — terhadap orang-orang yg tidak memerangi kamu dalam agamamu, dan tidak mengeluarkan kamu dari negerimu — untuk berbuat baik kepada mereka, dan berlaku adil".

Inilah hal seorang mukmin, ketika mereka menjadi mujahid-mujahid agama.

Tatkala kita meninggalkan jihad dan kita salahi aturan syara', maka sikap "keras dan kasar" yg seharusnya kita lakukan dalam menghadapi musuh, ternyata beralih kepada sesama kita, dan bersikap lembut dan toleran kepada musuh-musuh, oleh kerana itu Allah membuat kita kalah akibat dosa-dosa kita dan dikuasai oleh orang yg tidak takut kepada Allah serta tidak pula memperdulikan kita, sehingga mereka merampas negeri kita dan menguasai kita.

Taubat dan istigfar (minta ampun)

Allah menciptakan manusia dan menjadikan nalurinya suka terburu-buru, harapan jauh, senang mengumpul harta, syahwat mendekati wanita, marah, kecenderungan menyerang dan balas dendam, dikuasai syaitan dengan mengindahkan yg keji-keji serta menyenangi maksiat, memliki nafsu yg menyuruh kepada perbuatan jahat, berkeinginan berbuat yg haram, dibantu oleh syaitan, sehingga diantara hasilnya ia melakukan maksiat berbuat dosa, kemudian apa yg dilakukannya agar ia selamat dari siksa maksiat dan timbunan dosa?

Sesungguhnya Allah dengan rahmat Nya membukakan untuknya pintu taubat.

FirmanNya:

Sesungguhnya engkau dapat menghapuskan dari lembaran semua dosa-dosa yg kamu perbuat, seolah-olah ia tiada, bahkan dituliskan Nya untukmu kebajikan sebagai ganti kejahatanmu.

Sama halnya seperti daftar seorang pedagang yg tercantum didalamnya bahwa anda mempunyai hutang kepadanya 100 dinar, jadi bukan hanya dihapuskannya saja hutang anda tadi, bahkan dipindahkannya dari lembaran hutang anda kepada lembaran piutang untuk anda.

Firman Allah:

"Kecuali orang-orang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang"

Pintu taubat tetap terbuka, selama seseorang itu dalam keadaan sehat wal afiat, maka jika ia bertaubat dengan taubat yg benar, akan diterima taubatnya, dan tidak tertutup melainkan pada tiba saatnya, iaitu saat dimana ruh telah sampai dihalqum (batang leher), saat dimana manusia berhadapan dengan hakikat.

la melihat dengan mata kepala sendiri kebenaran berita yg dibawa oleh Rasulullah saw.

Maka taubatnya ketika itu hanya merupakan tahsilul hasil (mengusahakan yg sudah ada). Kerana taubat ialah kembali dengan suka rela kepada Allah, sedangkan ia telah dikembalikan secara paksa, jadi pengakuan tidak berguna lagi, setelah hilangnya ikhtiar.

Firman Allah:

"Sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yg mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yg kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yg diterima taubatnya, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yg mengerjakan kejahatan (yg) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) la mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yg mati sedang mereka didalam kekafiran"

Syarat taubat yg pertama ialah memutuskan dari perbuatan jahat dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

Jika anda berjalan disuatu jalanan, lalu ada orang yg membuka jendelanya dan menyiramkan kepada anda air kotor, kemudian setelah anda memaki-makinya, iapun minta maaf kepada anda, tetapi masih terus menyiramkan air tadi kepada anda, atau ia berhenti ketika itu tetapi berjanji akan mengulanginya esok hari, apakah anda menerima maafnya?

Sesungguhnya taubat itu mempunyai ruh dan jasad, yg menjadi ruhnya adalah perasaan kejinya iaitu maksiat, sedang jasadnya ialah memberhentikannya.

Seperti orang yg berjalan disuatu jalan, kemudian ia berhenti melihat sebuah papan tulis menunjukkan bahwa jalan itu bukan jalan yg dimaksudkan, ia merasa tersalah, perasaan inilah yg menjadi asal, kerana kalau tidak mengetahui kesalahan, bagaimana akan mengetahui kebenaran, akan tetapi kalau ia berkisar pada batas pengetahuan saja, tidak melaksanakan yg seharusnya, dan berjalan terus pada jalan yg salah tadi, maka pengetahuan akan kesalahannya tidak berguna untuknya, bahkan menjadi dosa untuknya kepada dosa yg lebih besar lagi, dan mempunyai kesalahan yg lebih fatal lagi, kerana orang menyimpang sedang ia tidak tahu, masih mempunyai uzur, akan tetapi orang yg mengetahui jalan yg benar, dan sengaja menyimpang dari padanya, tidak mempunyai uzur sama sekali

Syarat kedua ialah menukar kejahatan menjadi kebajikan.

Kerusakan menjadi perbaikan artinya merelisasikan taubat dengan perubahan amal dan perbaikan sikap.

"Tuhanmu telah menetapkan atas diri Nya kasih sayang, (iaitu) bahwasanya barang siapa yg berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang..."

"Maka barang siapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya..."

"Kecuali orang-orang yg bertaubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan..."

"kecuali mereka yg telah bertaubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya..."

Diantara perbaikan ialah meninggalkan dosa secara hakiki, dan bertekad dengan tekad yg jujur untuk tidak mengulanginya lagi. Maka jika anda telah bertekad dengan jujur, kemudian anda terkalahkan oleh nafsu, atau terbawa keadaan, kemudian anda mengulanginya, kemudian bertaubat kembali, taubat anda akan di terima, sekalipun kembali berulang-ulang dengan taubat yg berulang kali.

Adapun bila tekad anda telah dicampuri keraguan dari asalnya, dan anda berkata dalam hati; apabila keinginanku telah bersangatan, aku akan kembali dan kemudian bertaubat, maka taubat anda tidak benar dan tidak diterima.

Inilah taubat dari hak-hak Allah, cukup anda meninggalkan dosa dengan menyesali perbuatan anda itu, sambil bertekad dengan jujur tidak akan mengulanginya lagi.

Adapun hak-hak manusia; bila anda menzalimi seseorang, atau memakan hartanya, atau menyakiti badan atau kehormatannya, atau bersaksi palsu, ataupun menggunjingnya, atau menyebarkan berita buruk mengenai dirinya, hal-hal seperti ini mestilah anda tunaikan hak-haknya, atau ia memaafkanmu, atau Allah menyayangi sehingga anda diridhai Nya.

Kalau tidak, taubat anda tidak diterima, dan orang yg dizalimi (mazlum) akan mengurangi kebaikanmu nanti dihari qiamat, atau dipikulkan kepadamu kejahatannya.

Pintu taubat tetap terbuka, betapa pun banyaknya dosa, maka janganlah seseorang berputus asa dari kemaafan Allah, kerana berputus asa adalah lebih besar dosanya dari semua dosa.

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba ku yg melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya"

Jadi taubat: ialah meninggalkan yg jahat dan rujuk kepada kebaikan.

Adapun istigfar: ialah meminta keampunan dari pada Allah, dan Allah sesungguhnya telah memerintahkannya dan memberi dorongan.

"Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, kerana itu mohonlah ampunan Nya, kemudian bertaubatlah kepada Nya. . . "

"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada Nya,

Sesungguhnya Tuhanku Maha penyayang lagi Maha pengasih...”

"Dan (dia berkata); Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada Nya"

Dan seperti hal ini juga dibawa oleh tiap-tiap Rasul, menasehati kaumnya, serta menunjukkan kepada mereka jalan keampunan dari Allah, dan keselamatan dari pada siksa Nya.

Orang-orang berdosa mempunyai tingkatan-tingkatan. Adapun orang yg telah mati dalam kekafiran mereka, maka tidak ada harapan buat mereka untuk mendapat ampunan.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik"

Orang-orang musyrik pada dasarnya adalah lebih kafir dari pada ahli kitab, akan tetapi semuanya dalam ayat ini mempunyai hukum yg sama.

Jadi tidak boleh dikatakan kepada orang yg mati kafir "Rahimahullah" dan tidak boleh dipanggil almarhum atau almaghfur lahu Pulan.

Adapun orang-orang muslim yg maksiat, mati tidak sempat bertaubat, maka perkaranya diserahkan kepada Allah, jika Dia berkehendak diampuni Nya.

"Dan Dia mengampuni segala dosa yg selain dari (syirik) itu, barang siapa yg dikehendaki Nya".

Jika Dia berkehendak, disiksa Nya mereka dalam neraka, akan tetapi tidak kekal didalamnya.

Tidak lah boleh seseorang meringan-ringankan api neraka, dan meremehkannya, kerana api dunia — yg ianya adalah nikmat — tak seorang pun yg mampu menahankannya beberapa minit, maka bagaimana kita mau menyerahkan diri kita keapi neraka bertahun-tahun?

Adapun orang yg bertaubat, maka Allah akan memberi taubat kepada mereka dengan kemurahan dan kemuliaan Nya, ini adalah orang yg bertaubat setelah berdosa.

Adapun orang yg bertaubat dan sadar akan dirinya serta tersentak oleh rasa takut kepada Tuhannya, sebelum sempurna dosanya, lalu meninggalkannya kerana Allah sedangkan ia sangat menginginkan dan cenderung kepadanya, maka baginya pahala yg paling besar.

Seperti orang yg tergoda syaitan untuk melakukan zina, segala sesuatunya telah siap untuk dilaksanakannya, bahkan memulainya ataupun bertekad keras, kemudian ia ingat akan Allah, kemudian berpaling dari padanya sedang syahwatnya mulai memuncak, nafsunya menginginkannya, di manakah ada orang yg mampu berbuat begitu melainkan orang yg dicucuri Allah kekuatan dari pada Nya?

Akan tetapi tak seorang pun yg boleh mencoba melakukan hal ini, kerana akan sama halnya seperti orang yg memakan bakteria penyakit yg berbahaya, bila ia selamat, berarti ia mempunyai immunity yg lebih kuat dari penyakit.

Akan tetapi kemungkinan terjadinya kekebalan dari penyakit itu adalah 1 %, sedangkan kemungkinan bahayanya 99 %, hal ini terjadi pada penyakit ditubuh manusia.

Adapun mencegah dari pada berbuat dosa, ia tidak mempunyai kekebalan dari mengulanginya. Maka barang siapa yg ingin selamat dari kejahatan hendaklah ia jauhi, dan memutuskan segala sebab-sebabnya, serta menutup jalan ke arahnya, serta menghindari orang-orang yg menyenanginya dan orang-orang yg mengajak kesana. Kerana sesungguhnya teman itu adalah penarik. Seseorang biasanya tidak jauh berbeza dari temannya. Dahulu mereka mengatakan: "Katakan kepadaku siapa temanmu, biar kukatakan kepadamu siapa engkau".

Maka hendaklah hal-hal seperti ini diperhatikan oleh orang-orang yg mulai timbul kedewasaannya, supaya meminta pertolongan dari pada Allah subhnallahu wata'ala

__________________
/// Black 3036 HaRiMaU kAnDaNgAN /// I|I Bersatu Aman Sejagat I|I
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard